Jumat, 11 November 2011

Pekerjaan Rumah Pemuda Indonesia

Oleh: Hagian Sukarna

Dalam sebuah bangsa, pemuda selalu menjadi tulang punggung negara (backbone of the nation). Pemuda dengan semangat, keberanian dan amarahnya menjadi pelengkap puzzle-puzzle sejarah perjalanan bangsa. Reformasi 1998 hampir dua belas tahun berlalu. Reformasi kala itu disuarakan lantang oleh para pemuda Indonesia, yang dalam hal ini adalah mahasiswa. Klimaks dari perjuangan ketika itu adalah runtuhnya tiran dan terbukanya kran demokrasi yang sesungguhnya. Proses ini mengingatkan kita pada kejadian heroik, betapa gagahnya para pemuda dalam menggapai cita-cita keadilan. Potret seperti inilah yang akan selalu jadi catatan sejarah yang tak kalah penting dari gerakan pemuda Boedi Oetomo tahun 1908 dan ikrar Sumpah Pemuda pada 1928.

Setelah terbukanya kran demokrasi, generasi pemuda Indonesia masih punya banyak pekerjaan rumah yang masih harus terus diperjuangkan. Contohnya adalah gerakan moral seputar keadilan dalam hukum, keamanan, pemerataan ekonomi, pendidikan, kesehatan dan hak-hak asasi manusia. Untuk menunjang gerakan-gerakan tersebut, tentunya pemuda membutuhkan sebuah stimulan besar dalam bentuk literasi. Fungsinya adalah agar gerakan-gerakan pemuda Indonesia kini tidak bergeser dari substansi. Karena gerakan pemuda dewasa ini terkenal dengan gaya urakan, terkesan tidak tertib, agresif dan destruktif.

Bung Karno pernah berkata: berikan sepuluh pemuda kepadaku, maka aku akan mengguncang dunia! Pernyataan Bung Karno tersebut adalah sebuah pernyataan optimisme yang tidak berlebihan. Dengan munculnya berbagai gerakan, komunitas, aliansi dan lembaga-lembaga masyarakat yang dikomandani oleh para pemuda Indonesia. Maka ini adalah jawaban dari optimisme pernyataan Bung Karno dan bentuk kesadaran kolektif kaum muda Indonesia.

Dunia tak lagi dibatasi jarak dan waktu. Ilmu pengetahuan sudah semakin mudah diakses untuk dikonsumsi sebagai penunjang intelektualitas. Kiranya tidak ada lagi alasan pemuda untuk tidak berfikir visioner dan positif untuk kemajuan pribadinya dan bangsanya. Kita pun akan sepakat dengan apa yang pernah disampaikan Mario Teguh : orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu, sedang orang-orang yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar